February 01, 2015

Deja vu


          Pernahkah anda berpikir tentang sesuatu hal yang melampaui batas pikir manusia ? Manusia sebagai makhluk yang diciptakan sempurna dari makhluk bumi lain, dikaruniai kesempatan untuk berpikir.
            Pertanyaannya sekarang, hal seperti apa yang tergolong sulit dijelaskan ? Ada sesuatu yang saya kira kita jarang atau bahkan sering mengalaminya. Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi, saya juga ingin membagi pengetahuan ini dengan pembaca. Deja vu disebutnya.
            Sebenarnya apa itu Deja vu ? Deja vu sendiri merupakan bahasa Prancis yang diperkenalkan pertama kali oleh seorang peneliti bidang psikolog berkebangsaan Prancis Emile Boirac. Istilah ini merupakan istilah dimana seseorang merasa bahwa ia sudah mengalami sebuah peristiwa yang sama dengan peristiwa yang pernah ia alami entah di mimpinya atau dunia nyata masa lalu. Dengan kata lain ia akan dapat menerka seperti apa akhirnya.

Deja vu sendiri terbagi menjadi 3 :

1.      Deja Senti (memikirkannya)
Menurut para ahli deja vu jenis ini adalah fenomena kejiwaan dimana sesuatu yang dialami seseorang tersebut di masa lalu sangat mirip dengan yang ia rasakan sekarang, dengan itu orang tersebut akan berpikir ia telah mengalami hal yang sama pula pada masa lalu.
2.      Deja Vecu (mengalami)
Deja Vecu  berarti suatu perasaan dimana seseorang telah mengetahui urutan peristiwa yang sedang ia alami karena ingatannya pada peristiwa lalu dimana ia telah mengalami hal yang serupa.
3.      Deja Visite (mengunjungi)
Serupa dengan artinya, deja vu jenis ini berarti seseorang merasakan saat ia berkunjung ke tempat baru “saya telah mengunjungi tempat ini sebelumnya”. Dan secara tiba – tiba orang tersebut akan mengetahui seluk beluk tempat itu dan dapat mendefinisikannya dengan tepat.
            Ada yang menyebut deja vu erat kaitannya dengan masa silam, ini bagi penganut paham reinkarnasi. Dalam salah satu hadist dalam agama islam mengatakan seperti ini “segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami. Dan hanya kepada-Nya kami kembali.”  Serta surat Ash-Shafaat (37) ayat 96 “Allah menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat”. Rasulullah SAW mengatakan bahwa kegiatan tidur manusia dapat disebut kematian kecil karena ketika kita tidur, tubuh kita hanya berupa raga tanpa adanya ruh dan ruh tersebut akan kembali saat kita kembali tersadar.
            Yang perlu anda tahu, saat ruh meninggalkan raganya, ia dapat bepergian kemana saja. Ke masa lalu, masa sekarang, atau bahkan masa depan dan otak akan merekamnya dan menjadikannya sebuah memori namun masih samar. Sehingga nantinya saat ruh itu kembali, membuat kita seolah pernah mengunjungi tempat dimana ruh kita tadi berkunjung. Kisah ini sama dengan film barat Insidius dimana dikisahkan ruh seorang anak yang terperangkap dalam sebuah dunia dan tak dapat kembali.
            Para peneliti sudah lama mencari sebab – sebab terjadinya deja vu. Mereka mengasosiasikan penyakit – penyakit seperti schizophrenia, kegelisahan, atau gangguan neurologi lainnya. Namun mereka belum dapat mengaitkan dengan pasti di manakah posisi deja vu ini sebagi fenomena kejiwaan.
            Tapi bisa saja Deja vu merupakan hasil dari kegagalan sistem kelistrikan otak. Deja vu dipercaya sebagai suatu sensasi yang salah pada ingatan atau memori. Mungkin juga faktor beberapa obat – obatan seperti amantadine dan phenylpropanolamine yang dapat menyebabkan aksi hyperdopaminergic pada area mesial temporal otak yang menyebabkan Deja vu.
            Otak merupakan organ yang kompleks dan sangat menarik. Sudah merupakan kecenderungannya untuk menarik berbagai kesimpulan yang mungkin saat merekam sebuah peristiwa sehingga seseorang akan mengantisipasinya dengan berpikir ia telah mengalami hal yang sama sebelumnya.

            Jadi tidak selamanya sesuatu yang terjadi disekitar kita dapat dijelaskan secara rasional. Ada lebih dari satu peristiwa yang seharusnya kita manusia tidak boleh mengetahuinya bahkan menyimpulkannya secara cepat karena Pencipta kita tahu apa tujuan kita ada di dunia dan Ia tahu kapan harus diakhirinya. Waallahhu ‘alam.

No comments:

Post a Comment